Klik di sini ....

Ada yang menarik di sini ....

Selasa, 19 April 2011

Tekanan Beban Kerja Sebabkan Asma

DEBU dan asap rokok merupakan peringkat pertama yang menyebabkan seseorang mengalami asma. Dua hal ini mungkin saja lazim diketahui secara umum. Namun tahukah Anda bahwa atmosfer pekerjaan yang penuh tekanan dan membuat stres bisa meningkatkan risiko terkena asma hingga 40 persen. Para pekerja yang selalu membawa pulang masalahnya merupakan kelompok yang paling berisiko. 
Tim peneliti dari Jerman menyebutkan stres pekerjaan dan ketidakmampuan seseorang untuk bersantai setelah bekerja meningkatkan risiko asma. Kesimpulan itu dibuat berdasarkan penelitian terhadap 5000 pria dan wanita berusia 45-65 tahun. Seluruh responden bebas asma sebelum bekerja. Namun mereka yang bekerja di lingkungan penuh tekanan mengalami peningkatkan insiden asma hingga 40 persen setelah enam tahun bekerja. 
Lingkungan kerja yang bisa dianggap bisa mencetuskan asma antara lain memiliki jam kerja yang panjang, jadwal yang ketat, dan suasana kerja yang tidak nyaman. Menurut para ahli dari Mayo Clinic, beberapa partikel di ruangan kerja, seperti cat, debu kayu, zat pewarna sintentik, dan sebagainya, juga bisa memicu penyakit ini. Sebelumnya sebuah penelitian menyebutkan stres akan menyebabkan tubuh melepaskan zat kimia yang memicu alergi dan menganggu tubuh melawan peradangan di saluran napas.  Kendati demikian, masih diperlukan penelitian lanjutan untuk membuktikan hasil temuan tersebut. 
Menurut dokter ahli THT Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dr Indra, penyebab asma tiap orang berbeda-beda, seperti asap kendaraan, udara dingin, dan makanan.
Ia menyarankan penderita asma untuk menghindari faktor pencetus tersebut. “Bisa juga senam asma untuk penderita asma tidak akut. Senam membantu pernapasan yang baik,” ujarnya menjelaskan.
Penyakit asma bisa timbul karena dua hal, yakni genetik (turunan) dan lingkungan. 
“Sebanyak dua pertiga penderita asma itu karena lingkungan. Yang genetik cuma sepertiga," ucapnya.(*/oci/han)

Mengenali Rhinitis Alergi
RHINITIS alergi merupakan gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah terkena bahan yang menyebabkan alergi melalui proses radang pada selaput lendir hidung yang diperantarai antibody/immunoglobulin E. Rhinitis alergi terjadi karena sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap partikel-partikel yang ada di udara yang kita hirup. 
Sistem kekebalan tubuh kita menyerang partikel-partikel tersebut, menyebabkan gejala-gejala seperti bersin-bersin dan hidung meler. Partikel ini disebut allergen, atau yang berarti partikel yang dapat menyebabkan suatu reaksi alergi.
Gejala rhinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor  di antaranya allergen atau bahan yang menyebabkan reaksi alergi. Alergen yang dihirup yang sering menyebabkan serangan gejala rhinitis alergika. Debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan alergen hirupan utama penyebab rhinitis alergika dengan bertambahnya usia. Sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang tersering.
Polutan (bahan penyebab polusi) memperberat rinitis. Polusi dalam ruangan terutama adalah gas dan asap rokok. Sedangkan polutan di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida.  
Aspirin dan obat anti radang jenis selain steroid dapat mencetus rintisan alergika pada individu tertentu. Gejala utamanya adalah pilek, gatal hidung, bersin-bersin dan hidung tersumbat. Timbulnya rhinitis alergi dapat terjadi musiman, sepanjang tahun, dan akibat kerja. Gejala rhinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. 
Tanda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang abnormal, maloklusi gigi atau kelainan kontak gigi rahang atas dan gigi rahang bawah, allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas, Allergic Shiners (kulit kehitaman di bawah kelopak mata), ingus hidung jernih, hidung terasa buntu dan selalu basah. 
Jika terjadi pada anak, akan mempengaruhi anak dalam belajar dan memunculkan masalah sekolah, kesulitan integrasi dengan teman sebaya,  kecemasan, dan disfungsi keluarga. Kualitas hidup ini akan diperburuk dengan sering kambuhnya rinitis alergi. Pengobatan rinitis juga mempengaruhi kualitas hidup baik positif maupun negatif. Rasa ngantuk obat anti alergi juga dapat memperburuk kualitas hidup.
Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah dengan uji kulit cukit, alergen diteteskan di lengan bawah dan dilakukan cukit pada kulit. Pengobatan rhinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran alergen, obat obatan, imunoterapi atau pembedahan. Penghindaran alergen merupakan tindakan yang utama dan menjadi strategi penatalaksanaan yang baik, terutama bila alergen penyebab dapat diidentifikasi. 
Edukasi sebaiknya selalu diberikan berkenaan dengan penyakit yang kronis, pengobatan memerlukan waktu yang lama dan pendidikan penggunaan obat harus benar terutama jika harus menggunakan kortikosteroid hirupan atau semprotan. Imunoterapi sangat efektif bila penyebabnya adalah alergen hirupan. 
Komplikasi pada rhinitis dapat menyebabkan sinusitis kronis, polip hidung, sinusitis dengan asma dan tiga gejala bersamaan yaitu asma, sinusitis dan polip hidung. Asma juga bisa menyebabkan buntu pada saluran yang menghubungkan hidung dengan telinga tengah yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pendengaran dan penumpukan cairan di telinga bawah, pembesaran amandel dan adenoid. Dan yang paling parah adalah menyebabkan gangguan berfikir. 
Sayangnya banyak penderita asma dan masyarakat belum paham cara mengontrol asma secara tepat. Salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan persepsi penderita asma dengan dokter. Bisa dengan menggunakan alat bernama Asthma Control Test (ACT). Kontrol asma berguna untuk memberikan perawatan yang tepat terhadap penderita sehingga bisa mengatasi masalah asmanya.“Asma tidak bisa disembuhkan tapi kalau sudah terkontrol itu sama saja dengan orang sehat biasa,” beber . (oci)

Jus Apel Tangkal Asma
Anak-anak yang minum banyak jus apel memiliki peluang lebih kecil untuk mengidap gejala asma, asma. Penelitian oleh The National Heart and Lung Institute, yang diterbitkan di dalam penerbitan ilmiah European Respiratory Journal, merupakan riset terbaru yang mengkaitkan apel dan kesehatan paru. Kemungkinan anak-anak yang minum jus buah apel setidaknya sekali mengalami sesak nafas 50 persen lebih kecil dari pada mereka yang minum kurang dari sekali dalam satu bulan. Makan apel segar saja tidak menunjukkan manfaat yang jelas.
Penelitian ini mencermati anak usia lima hingga 10 tahun di kawasan Greenwich, London. Peneliti menanyai orang tua mereka soal konsumsi buah anak-anak mereka dan gejala penyakit yang mereka idap. Meski tidak ada kaitan antara konsumsi jus apel dan berkurangnya kemungkinan diagnosis asma yang sebenarnya, hubungan antara sesak nafas dan minum jus itu sangat kuat.
Munculnya gejala sesak nafas merupakan salah salah tanda penting anak yang semakin berisiko mengidap asma, kendati banyak anak yang menunjukkan gejala itu pada akhirnya tidak terdiagnosis dengan penyakit pernafasan tersebut.
Dr Mike Thomas, seorang peneliti asma di Universitas Aberdeen, Inggris, mengatakan penelitian ini merupakan bukti lain dampak protektif buah apel. "Ada bukti bahwa makanan sehat yang kaya dengan antioksidan dan vitamin bagus bagi asma," katanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada hadiah di sini ....