Jika Anda orang tua yang memiliki anak usia SD dengan tinggi badan urutan tiga terbawah di sekolah, tidak ada salahnya kalau mulai melakukan konsultasi terapi di rumah sakit. Walau tidak berbahaya bagi kesehatan, tapi anak yang merasa dirinya “pendek” akan mengalami masalah sosial. Misalnya saja terhambat mencari pekerjaan hanya karena terbentur persyaratan tinggi badan.
“Kalau merasa anak kita paling pendek di kelasnya jangan ragu segera konsultasi kepada kita,” ungkap dr Haryudi Aji Cahyono SpA, dokter di bagian anak RS Dr Saiful Anwar (RSSA) Malang.
Di RSSA, kata dia, ada layanan poli tumbuh kembang anak dan juga endrokin anak yang menangani gangguan pertumbuhan pada anak. Layanan ini dikembangkan sejak 2006 lalu dan cukup banyak melayani pasien. Hanya saja tak sedikit masyarakat yang tidak sadar bahwa anaknya mengalami masalah pada tumbuh kembang ini.
Menurutnya poli anak memberikan layanan terapi hormon bagi anak yang mengalami gangguan. Terutama mereka yang masih berusia 6-7 tahun atau di bawah 12 tahun. Sebab pada usia 12 tahun ke atas lempeng pertumbuhannya mulai menutup.
“Harus diantisipasi sejak awal sebelum menyesal,” tukasnya.
Ditambahkannya, tinggi badan anak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor genetik dan lingkungan. Secara genetik, tinggi badan sangat dipengaruhi oleh tinggi badan kedua orang tuanya dan dalam skala kecil tinggi badan keluarga terdekat dari kedua orang tua. Faktor genetik juga mengandung pengertian, anak tidak menderita gangguan genetik tertentu.
Sementara faktor lingkungan yang dimaksud antara lain adalah lingkungan selama masih dalam kandungan (lahir premature atau tidak), gizi, tingkat kesehatan, lingkungan, kasih sayang dalam keluarga dan tentunya lingkungan hormonal. Optimalnya semua faktor pendukung dan minimalnya faktor penghambat tinggi badan (penyakit kronis) akan menghasilkan tinggi badan yang sesuai dengan potensi genetiknya. Dari berbagai penelitian, pemakaian HP pada anak pendek berhubungan dengan kondisi penyakit tertentu.
Kesimpulan utama yang dapat diambil, semakin pendek anak (karena penyakit) semakin baik responsnya terhadap pengobatan HP. Artinya bila pertumbuhan anak sudah normal sesuai dengan potensi genetiknya, tentu respon (terhadap pemakaian HP) minimal sekali atau bahkan mungkin tidak ada.
Beberapa penyakit dengan perawakan pendek yang berhasil dengan pemberian HP adalah anak dengan defisiensi atau kekurangan HP, sindrom turner, berat badan lahir rendah, gagal ginjal kronis dan sindrom prader willi. Kondisi ini lain dengan perawakan pendek yang juga diberikan HP ialah pendek tanpa sebab patologis. Pada kondisi ini ternyata pemberian HP memberikan respon yang cukup baik.
“Perlu diketahui bahwa sampai saat ini biaya yang diperlukan untuk memperbaiki tinggi badan pada keadaan tertentu masih sangat mahal,” ungkap Haryudi.
Terapi hormone rata-rata menelan biaya antara Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per bulan dengan maksimal terapi selama enam tahun. (oci/han)
Kalsium dan Vitamin D, Bagus untuk Tulang
MUNGKIN sudah ratusan kali Anda mendengar pentingnya asupan kalsium dan vitamin D untuk tulang dan gigi yang kuat. Kalsium adalah mineral terbanyak yang terdapat dalam tubuh manusia, yaitu 99 persen berada dalam tulang rangka. Sedangkan satu persen lainnya berada di dalam jaringan dan cairan tubuh yang secara luas akan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Menurut dr Haryudi Aji Cahyono SpA, manfaat kalsium bagi tubuh anak yaitu untuk pembentukan tulang, gigi, proses pembekuan darah, sistem metabolisme tingkat sel dan sistem perkembangan persarafan. Tulang adalah pilar utama yang menyangga tubuh dan bertugas melindungi organ dalam tubuh.
Gejala awal kekurangan kalsium terlihat dari kondisi tubuh yang menjadi lesu, lemah, berkeringat, kram otot, nyeri perut, gangguan tidur selanjutnya bisa terjadi kejang dan pembentukan tulang tidak optimal yang bisa menyebabkan tulang keropos serta pembekuan darah.
“Apabila anak Anda kelebihan mengkonsumsi kalsium dapat menyebabkan penyumbatan pada fungsi ginjal dan perkembangan metabolisme yang tidak efektif,” ujarnya.
Agar tidak terjad pengeroposan tulang di hari tua, konsumsi kalsium yang memadai seharusnya dilakukan sejak usia balita. Karena pembentukan tulang dimulai sejak usia anak-anak dan mencapai puncaknya pada 35 tahun. Penelitian juga munjukkan kalsium bisa menambah tinggi badan anak.
Sumber kalsium dalam makanan terdapat dalam sayuran daun hijau, biji-bijian, kacang-kacangan, daging, telur, dan produk susu. Kebutuhan kalsium untuk anak usia 1-9 tahun adalah 500-600 mg per hari.
Apabila kalsium sudah memenuhi aturan, bukan berarti sudah aman. Kalau tidak ada vitamin D yang menyertai kemungkinan lebih sedikit lagi kalsium yang bisa disimpan dalam tulang. Tubuh kita perlu pasokan 400-600 IU vitamin D per hari.
“Vitamin D bisa diperoleh dengan berjemur, bahkan sinar matahari juga bisa membantu kita meningkatkan mood,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar